Wednesday, February 26, 2014

KEAJAIBAN KATEKIN PADA FUNGSI CARDIOVASKULER

Penyakit Jantung Koroner (PJK)  merupakan  penyebab mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi. Berdasarkan data  WHO diperkirakan 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita di seluruh dunia setiap tahun meninggal karena PJK.  Atherosklerosis merupakan kontributor utama terhadap patogenesis terjadinya penyakit jantung koroner yang menjadi penyebab utama kematian (World Health Organization, 2003). Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai antioksidan  dan dapat digunakan sebagai pangan fungsional untuk penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita atherosklerosis (pengerasan pembuluh darah) adalah katekin yang diisolasi dari tanaman teh (Camellia sinensis).


Teh adalah minuman yang dihasilkan dari seduhan daun Camelia sinensis yang umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter di atas permukaan laut dengan suhu cuaca antara 14-25 derajat Celsius. Pada umumnya teh sebagai bahan minuman dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu teh yang difermentasikan atau teh hitam (black tea), teh yang tidak difermentasikan atau teh hijau (green tea), dan teh yang setengah difermentasikan atau teh oolong (oolong tea).(Chacko et al, I). Proses penyeduhan serta pengolahan yang tepat dari teh hijau sangat berpengaruh terhadap khasiatnya.

Katekin teh mengalami banyak perubahan kimia seperti oksidasi dan epimerisasi selama proses pengolahan dan penyeduhan. Jika dilihat dari strukturnya, katekin merupakan flavonoid dengan banyak gugus hidroksi, maka diperkirakan gugus hidroksi pada cincin B dari struktur molekul ini akan menjadi faktor utama yang menyebabkan ketidakstabilan katekin terhadap oksidasi. Peristiwa oksidasi ini dipengaruhi oleh oksigen, pH  larutan, cahaya dan adanya bahan antioksidan (Connors, 1992). Masing-masing katekin  juga mengalami epimerisasi dari struktur epistruktur menjadi nonepistruktur.

Teh hijau yang diseduh dengan air murni terepimerisasi pada suhu 800 C, air ledeng, epimerisasi terjadi pada suhu 400 C. Katekin teh stabil dalam air pada suhu kamar. Katekin terdegradasi sebesar 20% ketika dipanaskan pada suhu 980C selama 20 menit. Saat dipanaskan dalam autoclave pada suhu 1200C, terjadi epimerisasi dari (-)- EGCG menjadi (-)-GCG dan katekin terdegradasi sebesar 24%.

Selanjutnya katekin terdegradasi sampai dengan 50% ketika pemanasan berlangsung selama 2 jam.  Penyeduhan menyebabkan kandungan senyawa epistruktur seperti epigalokatekin galat (EGCG), epigalokatekin (EGC), epikatekin (EC), dan epikatekin galat (ECG) menjadi turun. Sementara itu, kandungan katekin non epistruktur seperti galokatekin (GC), katekin (C), galokatekin galat (GCG), dan katekin galat (CG) menjadi meningkat. Meskipun secara kandungan total katekin tidak mengalami penurunan kuantitas, namun secara kualitas dengan terjadinya epimerisasi ini potensinya terhadap kesehatan menjadi berkurang. (Dadan Rohdiana, 2008).

Beberapa mekanisme proteksi vascular dari katekin adalah sebagai berikut : (1) Katekin  menangkap radikal bebas dan menghambat enzim prooksidan yang dapat menyebabkan penghambatan ROS  karena stress oksidatif dan oksidasi LDL. (2) Katekin meningkatkan ekskresi lipid intestinal, menghambat  sintesis dan absorbsi cholesterol, FFA dan trigliserida. (3) Katekin menstimulasi produksi NO, prostasiklin dan cAMP endotel. (4)        Katekin mencegah adhesi monosit pada endotel dan migrasi transendotelial dengan penghambatan NF-kB, cytokine dan molekul adesi. (5) Katekin  menghambat cyclins, PDGF, PTK, JNK1, c-jun and MMPs. (6) Katekin mengurangi agragasi platelet dan aktivitas pengurangan mobilitas Ca intra seluler,  release PAF and arachidonic acid  serta thromboxane A2 synthase. (Velayutam P et al , 2008). Fungsi – fungsi tersebut sangat berperan terhadap penghambatan terjadinya atherosklerosis.

Sedangkan berdasarkan studi epidemiologi dilaporkan bahwa hasil penelitian pada orang Jepang dengan   jumlah subyek 18  menunjukkan terjadinya penurunan berat badan, BMI, lingkar pinggang, masa lemak  tubuh dan lemak subkutan yang siknifikan dibandingkan dengan kontrol dengan mengonsumsi teh per hari yang mengandung  690 mg catechins selama  12 minggu.  Juga terjadi penurunan malondialdehide dan LDL termodifikasi. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan konsumsi catechins bermanfaat untuk mencegah dan memperbaiki penyakit- penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup termasuk obesitas. (Nagao T, 2005). Studi epidemiologi  lain dengan  prospective cohort study pada 40.530 orang dewasa Jepang, konsumsi 5  cangkir atau lebih green tea per hari secara siknifikan menurunkan angka kematian dari semua kasus sekitar 16 % dibandingkan subyek yang mengkonsumsi kurang dari 1 cangkir dan cardiovascular disease sekitar 26 %. (Wolfram, 2007).

Studi intervensi menunjukkan teh dengan katekin 674 mg pada subyek hipertrigliseridemia dapat menurunkan postprandial trigliserida antara 15,1 % sampai 28,7 %.(Wolfram, 2007). Sementara untuk  penelitian pada hewan coba  tikus Sprague Dawley dengan  high fat diet konsumsi green tea selama 2 minggu dapat menurunkan akumulasi lemak tubuh.(Choo JJ, 2003). Dari data penelitian di atas pantas untuk menunjukkan teh hijau sebagai “ miracle tree” karena segudang manfaat/ khasiatnya bagi kesehatan sehingga dapat dijadikan rekomendasi pada masyarakat  dalam menggunakan katekin (teh hijau) dalam mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh atherosklerosis. -net-