Penyakit Jantung Koroner (PJK)
merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi.
Berdasarkan data WHO diperkirakan 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita di
seluruh dunia setiap tahun meninggal karena PJK. Atherosklerosis merupakan
kontributor utama terhadap patogenesis terjadinya penyakit jantung koroner yang
menjadi penyebab utama kematian (World Health Organization, 2003). Salah
satu bahan alam yang berpotensi sebagai antioksidan dan dapat digunakan
sebagai pangan fungsional untuk penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita
atherosklerosis (pengerasan pembuluh darah) adalah katekin yang diisolasi dari
tanaman teh (Camellia sinensis).
Teh adalah minuman yang dihasilkan
dari seduhan daun Camelia sinensis
yang umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan
ketinggian antara 200-2000 meter di atas permukaan laut dengan suhu cuaca
antara 14-25 derajat Celsius. Pada umumnya teh sebagai bahan minuman
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu teh yang difermentasikan atau teh
hitam (black tea), teh yang tidak difermentasikan atau teh hijau (green tea),
dan teh yang setengah difermentasikan atau teh oolong (oolong tea).(Chacko et
al, I). Proses penyeduhan serta pengolahan yang tepat dari teh hijau sangat
berpengaruh terhadap khasiatnya.
Katekin teh mengalami banyak
perubahan kimia seperti oksidasi dan epimerisasi selama proses pengolahan dan
penyeduhan. Jika dilihat dari strukturnya, katekin merupakan flavonoid dengan
banyak gugus hidroksi, maka diperkirakan gugus hidroksi pada cincin B dari
struktur molekul ini akan menjadi faktor utama yang menyebabkan ketidakstabilan
katekin terhadap oksidasi. Peristiwa oksidasi ini dipengaruhi oleh oksigen,
pH larutan, cahaya dan adanya bahan antioksidan (Connors, 1992). Masing-masing
katekin juga mengalami epimerisasi dari struktur epistruktur menjadi
nonepistruktur.
Teh hijau yang diseduh dengan air
murni terepimerisasi pada suhu 800 C, air ledeng, epimerisasi
terjadi pada suhu 400 C. Katekin teh stabil dalam air pada suhu kamar.
Katekin terdegradasi sebesar 20% ketika dipanaskan pada suhu 980C
selama 20 menit. Saat dipanaskan dalam autoclave pada suhu 1200C,
terjadi epimerisasi dari (-)- EGCG menjadi (-)-GCG dan katekin terdegradasi
sebesar 24%.
Selanjutnya katekin terdegradasi
sampai dengan 50% ketika pemanasan berlangsung selama 2 jam. Penyeduhan
menyebabkan kandungan senyawa epistruktur seperti epigalokatekin galat (EGCG), epigalokatekin (EGC), epikatekin (EC), dan epikatekin galat (ECG)
menjadi turun. Sementara itu, kandungan katekin non epistruktur seperti
galokatekin (GC), katekin (C), galokatekin galat (GCG), dan katekin galat (CG)
menjadi meningkat. Meskipun secara kandungan total katekin tidak mengalami
penurunan kuantitas, namun secara kualitas dengan terjadinya epimerisasi ini
potensinya terhadap kesehatan menjadi berkurang. (Dadan Rohdiana, 2008).
Beberapa mekanisme proteksi vascular
dari katekin adalah sebagai berikut : (1) Katekin menangkap radikal bebas
dan menghambat enzim prooksidan yang dapat menyebabkan penghambatan ROS
karena stress oksidatif dan oksidasi LDL. (2) Katekin meningkatkan ekskresi
lipid intestinal, menghambat sintesis dan absorbsi cholesterol, FFA dan
trigliserida. (3) Katekin menstimulasi produksi NO, prostasiklin dan cAMP
endotel. (4) Katekin mencegah
adhesi monosit pada endotel dan migrasi transendotelial dengan penghambatan NF-kB,
cytokine dan molekul adesi. (5) Katekin menghambat cyclins, PDGF, PTK,
JNK1, c-jun and MMPs. (6) Katekin mengurangi agragasi platelet dan aktivitas
pengurangan mobilitas Ca intra seluler, release PAF and arachidonic
acid serta thromboxane A2 synthase. (Velayutam P et al , 2008). Fungsi –
fungsi tersebut sangat berperan terhadap penghambatan terjadinya
atherosklerosis.
Sedangkan berdasarkan studi epidemiologi
dilaporkan bahwa hasil penelitian pada orang Jepang dengan jumlah
subyek 18 menunjukkan terjadinya penurunan berat badan, BMI, lingkar
pinggang, masa lemak tubuh dan lemak subkutan yang siknifikan
dibandingkan dengan kontrol dengan mengonsumsi teh per hari yang
mengandung 690 mg catechins selama 12 minggu. Juga terjadi
penurunan malondialdehide dan LDL termodifikasi. Berdasarkan penelitian ini
disimpulkan konsumsi catechins bermanfaat untuk mencegah dan memperbaiki
penyakit- penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup termasuk obesitas. (Nagao T,
2005). Studi epidemiologi lain dengan prospective cohort study pada
40.530 orang dewasa Jepang, konsumsi 5 cangkir atau lebih green tea per
hari secara siknifikan menurunkan angka kematian dari semua kasus sekitar 16 %
dibandingkan subyek yang mengkonsumsi kurang dari 1 cangkir dan cardiovascular
disease sekitar 26 %. (Wolfram, 2007).
Studi intervensi menunjukkan teh
dengan katekin 674 mg pada subyek hipertrigliseridemia dapat menurunkan postprandial
trigliserida antara 15,1 % sampai 28,7 %.(Wolfram, 2007). Sementara untuk
penelitian pada hewan coba tikus Sprague Dawley dengan high fat
diet konsumsi green tea selama 2 minggu dapat menurunkan akumulasi lemak
tubuh.(Choo JJ, 2003). Dari data penelitian di atas pantas untuk menunjukkan
teh hijau sebagai “ miracle tree” karena segudang manfaat/ khasiatnya bagi
kesehatan sehingga dapat dijadikan rekomendasi pada masyarakat dalam menggunakan katekin (teh hijau) dalam
mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh atherosklerosis. -net-